Kolaborasi Scrum dan Design Sprint Dalam Pengembangan Aplikasi Laboratorium Medis
DOI:
10.33395/remik.v4i2.10558Keywords:
design sprint, scrum, design thinking, prototyping, agile frameworkAbstract
Pengembangan aplikasi saat ini dituntut untuk dapat berkolaborasi dengan user sehingga kebutuhan dan hasil sesuai dengan yang diharapkan, scrum merupakan sebuah konsep digunakan untuk membangun sebuah aplikasi dengan tangkas (Agile) sehingga proses lebih cepat, dengan tidak adanya konsep pembahasan kebutuhan (requirement) dengan para pakar dan pengujian prototipe, akan ada kemungkinan bertambahnya biaya atas pengembangan aplikasi. Scrum mengijinkan perubahan dapat dilakukan kapanpun oleh pengguna akhir, pengguna akhir terkadang bukan orang yang mengerti proses bisnis, sehingga kita membutuhkan pakar-pakar yang mengerti bagaimana proses bisnis diimplementasikan dalam bentuk aplikasi, tidak adanya pengujian prototipe, akan ada kemungkinan semakin banyaknya sprint yang harus dilalui karena mungkin ada banyak permintaan perubahan dari pengguna, sprint merupakan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan yang umum dibatasi dalam hari, minggu atau bulan. Metode scrum di ujicobakan dalam pengembangan aplikasi laboratorium kesehatan dengan dibagi menjadi 2 fase utama, yaitu fase prototyping dan fase pengembangan. Fase prototyping menggunakan metode design sprint dan fase pengembangan menggunakan kerangka scrum. Dari hasil fase prototyping, dihasilkan dokumen prototipe yang akan dikembangkan oleh pengembang, dengan memadukan dua kerangka kerja yaitu scrum dan sprint diharapkan hasilnya lebih
Downloads
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2020 Firmansyah - -, Agus Yulianto
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.